CENDERAWASIH TIMUR

PEMIMPIN ADALAH BAGIAN DARI RAKYAT

Ilustrasi: Wawancarai/Metu:Petu


CT. Pemimpin bertugas untuk mengantarkan rakyat dengan selamat mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, pemimpin bukanlah bagian yang terpisahkan dari rakyatnya. Pemimpin adalah rakyat itu sendiri, bagian yang melekat sebagai kesatuan yang utuh. Pemimpin yang merakyat haruslah menjadi sebuah keniscayaan

Pemimpin yang berdiri di antara rakyat dapat merasakan suasana kebatinan rakyat sehingga dapat mengetahui apa yang sebenar-benarnya kebutuhan rakyat. Dengan bermodalkan empati kepada rakyat, pemimpin yang telah memahami kebutuhan rakyat dapat dengan sepenuh hati memperjuangkan apa yang menjadi tujuan bersama tersebut. Untuk menjadi pemimpin yang merakyat tentulah tidak mudah. Dibutuhkan nyali yang besar untuk dapat berdiri di tengah-tengah rakyat.

Pemimpin yang harus mampu berpihak pada rakyat. Ini berarti dia akan berhadapan dengan siapapun yang bertentangan dengan kehendak rakyat. Pemimpin yang merakyat juga berarti pemimpin yang hendak dan mampu menciptakan rasa adil bagi rakyatnya

Keadilan yang sebenar-benarnya, yaitu yang tidak membeda-bedakan kepada siapa hukum diterapkan. Semua orang sama di mata hukum. Namun untuk aspek lainnya, pemimpin yang merakyat akan mengetahui siapa di antara semua rakyatnya yang membutuhkan perlakukan khusus. Perlakuan khusus tersebut diberikan kepada kelompok rakyat yang dimarjinalkan sehingga harus dilindungi atau diberikan dorongan lebih. Tidak ada yang lebih indah dari pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya

Tidak ada pemimpin yang dicintai rakyatnya melainkan dia mampu mencintai rakyatnya. Pemimpin yang merakyat adalah Dialah yang mempu memecahkan sebuah masalah di Daerah tersebut dan dialah berdiri Ditengah-tengah tanpa mengalah satu sama lain dan dialah yang mampu merangkul masyarakat tanpa membedakan satu marga dan marga lain.

Sehubungan dengan Pemlihan Kepala Daerah yang akan di laksanakan Tahun 2018 di seluruh Meepago umumnya dan khususnya daerah Deiyai, yang akan mencalonkan diri sebagai Cabup dan Wacabup adalah mereka yang intelek dan jiwa jiwa merakyat, maka itu Masyarakat maupun Mahasiswa yang layat termasuk dalam surat suara, pilihlah dia yang kita pikir baik, karena sudah menilai dalam kehidupan mereka di masa lampau. Kita jangan membedahkan, mereka yang akan mencalonkan diri sebagai Cabup dan Wacabup adalah Putra Daerah Deiyai Asli, maka itu pilihlah dengan hati yang penuh damai karena Suara Rakyat adalah suara TUHAN dan masyarakat memberikan suara dan TUHANLAH yang akan menentukan dan memberikan amanah, maka itu yang tidak lolos jadi Bupati dan Wakil Bupati jangan mengeluh, karena Masa 2018-2023 Adalah Masanya bagi Dia yang akan memberikan amanah Oleh Maha Kuasa.

Penulis adalah Petrus Pekei, Alumni IPDN Bandung



ANCAMAN TERHADAP BUDAYA SUKU MEE


Suku Mee adalah satu suku dari 250-an Suku yang ada di wilayah Papua, Suku Mee, mendiami di wilayah Meepago dari 7 (tujuh) wilayah adat di tanah Papua, dalam kehidupan suku Mee terikat dengan nilai-nilai budaya yang berbau rohani, saling memberi dan menerima, menhargai, dalamnya tidak ada sifat membedakan satu suku dan suku lain. dulu orang tua Mee dikenal dengan istilah "AKIYAA AGIYOKOO AKIYAA, OKAIYAA AGIYOKOO AKIYAA" dallam bahasa indonesia disebut "ko punya barang ko punya, dia punya barang dia punya". Begitu juga sama hal dengan persoalan lahan "akiiyaa makii bobogokoo, akiyaa, okaiyaa makii okogokoo, okaiya" jadi didalamnya tidak ada unsur saling menjajah, merebut dan dapat mentaati aturan yang diwariskan oleh leluhur suku Mee, selain itu dalam kehidupan suku mee, dilarang saling berzinah, mencuri, membunuh, dan lain-lain.

Suku Mee dikenal dengan bercocok tanam atau biasa disebut “bertani” misalnya, ubi jalar, talas, sayur-mayur, tebu, dan buah-buahan. semua ini menjadi tradisi dan faktor penentu dalam kehidupan Suku Mee pada zaman dulu, namun , kebiasaan itu bergeser ke zaman modern, sehingga "Notaa" diganti "beras", dan "Notakauu, idayaa, iguboo", diganti "supermie" semua ini fakta saat ini yang ada didepan mata suku Mee.

 Agama dan Pemerintah masuk di wilayah Meeuwoo, menjadi pengaruh   besar merubah tatanan kehidupan suku Mee, misalnya..????
  • sebelum agama masuk di wilayah Meeuwoo, suku mee sudah mengenal nilai-nilai adat berbau rohani. sehingga para misionaris masuk membawah ajaran baru dinilai tidak memberi dampak yang siknifikan, karena mereka tidak menuliskankan apa yang sudah ada dalam kehidupan manusia Mee, tapi mereka justru memberikan nilai negatif terhadap adat istidat yang berbau rohani, jadi kehadiran misionaris di meeuwoo dinilai hanya untuk ancurkan tatanan kehidupan suku mee yang terbangung rapi. misalnya "paikedaa" menurut misionaris dianggap itu bertentangan dengan ajaran dari mereka sehingga dibongkar, dibakar dan dibawah pergi, pada hal menurut suku Mee "paikedaa" dianggap sebagai memproteksi dan melindungi, srta menghalangi ketika mengadapi musuh dalam masalah atau perang, akibat dari misionaris mengangap "paikedaaa" itu bertentangan dengan ajaran mereka, sehingga saat ini manusia Mee meengalami krisis kekuatan, misalnya ketika manusia Mee korban kekerasan militer itu dianggap rencana Tuhan, pada hal tidak melihat dari segi Hak Asasi manusi (HAM).

  • sebelum pemerintah masuk di wilayah Meeuwoo, kehidupan manusia Mee ada sistim adat yang di kenal dan tumbuh bersama yaitu sistim "Tonawi" (kepala suku), mengakibatkan sistem cultural suku Mee dapat mengalami suatu perkembagan sistem pemerintahan yang ada, Namun masih terbatas pada suatu wilaya yang dibatasi oleh gunung, sungai, danau dan lainnya. Disamping itu juga Tonawi ditentukan berdasarkan kekayaan dan cara bertanggung jawab demi kepentingan pribadi dan masyarakat umum yang hidup dan menetap di suatu wilayah.
Hal yang perluh diketahui bahwa ada beberapa unsur budaya suku Mee yang mengalami perubahan maupun perkembangan yang drastis adalah unsur budaya pemerintahan(tonawi, meibo), unsur kepercayaan (kegoo, yakegataii bagee), unsur berpakaian (koteka, Moge) dan unsur ekonomi (Mege).

kiranya bisa memahami bagi tua maupun muda orang Mee.

Karya: (Petrus Pekei)



Fenomenologi Lintas Budaya Dalam Prespektif Politik Praktis



(I 'am my Mother's and Elite's)

Ilustrasi: Alam Dogiyai/Yohan

Pada Tahun 2019 silam, tepat pada bulan April. Kabut tebal itu menyelimuti lembah hijau , per-detik, sinar matahari pagi membuka kabut tebal, posisi jarum jam berada pada pukul 6:30 WIT, tandahnya bahwa rakyat mulai menyiapkan perkakas untuk ke kebun, anak sekolah mulai masuk ruang kelas untuk belajar, para guru dan dosen mengajar, mendidik, mendoktrin prinsip -prinsip kemanusiaan dalam mendedikasikan diri kepada Tuhan, Manusia dan Alam dan menjelaskan proses peningkatan perekonomian pendapatan per-kapita dan perkembangan produk domestik bruto (PDB), serta hambatan gejolak perekonomian yang akan hadapi beberapa tahun kedepan, pejabat politik mulai memikirkan solusi, dan Mahasiswa/i sedang menanyakan dunia disekitar kita. Pembagiaan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen sosial yang rapih, menunjukan bahwa, kami memiliki massa depan bangsa yang kuat dan jaminan hidup yang menjanjikan.
Sebagai makluk sosial, manusia tidak dapat berdiri sebelah dirinya sendiri, Manusia adalah mahkluk politik (Aristoteles), karenanya manusia musti berfikir jangka panjang agar sosio cultural bisa membentuk satu ideologi dan menjadi bangsa merdeka berdasarkan asas antropologi ekologi dan memeggang tegu pada prinsip kemanusiaan dalam melakukan pelayanan public dan diplomasi-diplomasi antar negara dan daerah.
Untuk itu, seorang ibu rumah tangga tidak pernah bercita-cita hanya untuk menjadi orang kaya dalam mengatur keuangan keluarga, lebih dari itu adalah mengorbankan jiwa dan raga, bergumul dalam doa, untuk melahirkan, merawat, mendidik, membesarkan anak bangsa agar suatu saat menjadi vitamin kehidupan bagi bangsa dan negara.
Dalam pusaran dunia yang tidak pasti akan fonemena perkembangan moderenisasi yang cukup tajam, sangat sulit mengimbagi ambivalent integrasi sosial yang cendrung pada akulturasi sosial, disini kita musti bijak untuk memilih transformasi budaya apa yang kita terima, jika kita apatis terhadap budaya baru dan pengarunya, maka antropologi ekologi kita bisa saja menjadi tergadaikan. Apa yang menjadi kebiasaan kita, buat beden, cabut rumput, gali ubi, terlebih lagi pesan moral untuk bertahan hidup tanpa ada tindakan represif mengganggu perasaan orang lain disekitar lingkungan sosial, tidak ada nurani mencari pujian dari orang lain, dan juga pristiwa-pristiwa penting seperti, perayaan pesta (Yuwoo), tujuan dari itu adalah untuk membagun silahturami sama keluarga agar hubungan keluarga tidak putus dan lebih humanis lagi melakukan transaksi jual beli daging babi dengan harga ekonomis yang bisa dijangkau, (Murah Meria) tujuannya untuk saling mengenal sesama manusia untuk membangun ikatan persaudaraan.
Pradigma sosio cultural terus berubah setiap zaman, orang tua kami mengizinkan untuk sekolah dan sekarang kami sudah sekolah, kami tau bagimana manusia mengembangkan diri dengan Alam, kami juga tau bagimana orang tau telah mengajarkan nilai-nilai humanisme dan bagimana manusia membangun hubungan relasi dengan Tuhan secara pribadi, agar tidak terjadi kontradiksi yang menyimpang dalam renegerasi dalam pusaran geogerifi, demographic dan sosial budaya.
Usia saya baru menjalang dupuluh-an tahun, jelas-lah saya tidak punya pengalaman secara rinci mengenai latar belakang kehidupan statis orang tau dulu, secara kasatmata, terlintas dalam pikiran saya, hanya apriori, dan saya meyakini bahwa kendati realitas manusia dulu jauh lebih sopan, mereka kritis terhadap suatu problematika dari sudut pandang kebenaran dan keadilan, buktinya mereka meninggal pada usia yang seharusnya mereka meninggal (Keke kagani).
Integerasi massa transisi politik praktis keadalam renah pertiwi (Indonesia) melalui pesta demokrasi, Pilpres, pilgub, pilbub, pildes, pileg ini, apakah kita mampu menjelaskan bagimana bisa menjamin kedamaian, bagimana bisa membangun telorensi beragama/budaya, bagimana kita merawat, memupuk keutuhan komponen masyarakat, bagimana kita mengdepankan prinsip keadilan dan kebenaran, jika kita tidak dapat menjelaskan itu semua, maka pertanyaanya adalah apakah tidak paham, apakah tidak sanggup, apakah realitas sosial tidak mengizinkan, apakah realitas sosial menguasai kita. Jawab sesuai hati nurani masing-masing. Sebab fisikologi, idealisme dan teori tradisonal ada dalam jiwa kita, semenjak setiap diri manusia mengenal lingkungan sosial, dimana ia tinggal dan menetap.
Disamping itu kita juga tau bahwa kendati pemikiran-pemikiran baru yang melahirkan rasionalisme, sehingga melahirkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebebasaan (Praksis). Pemikiran modern itu melahirkan revolution industry, dengan perkembangan kapitalisme, yang kini kita diasingkan dalam alat produksi dan pradigma politik praktis kontemporer yang jelas keluar dari koridor kemanusiaan.
Dalam perkembangan moderenisasi yang cukup ini dan warna-warni dunia sesuai dengan idealisme masing-masing person, ibu saya pernah bilang, kehidupan tidak akan pernah jatu dari langit dan kehidupan itu hasil usaha orang, jangan pernah membenci kehidupan karena kehidupan ada karena kita hidup". bukan berarti bahwa kita tunduk dibawah ketiak kolompok oligarki yang memainkan peran politik yang cenderung keluar dari prinsip kebenaran dan keadilan, serta ideologi kapitalis yang tumbuh subur di benua Eropa dan kini menjadi budaya Eropa dalam mentransformasi revolution industry dibelahan dunia, tetapi bagimana menjadi diri sendiri dalam mengembangkan diri dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum.
Karenanya, hidup dalam masyarakat digital dan serbah bisa, manusia punya potensi, tumbuh subur antagonisme sosial dan konflik politik yang cendrung pada nafsu kekuasaan dalam asosiasi, groups, state, elit, serikat buru, desa, kota dan kelompok-kelompok sosial lainya, konsekuensi dari itu, manusia dipaksa untuk harus bisa bersaing dalam segala hal sesuai dengan idealisme atau pun diluar dari idealisme agar supaya eksistensi individualistik nya diakui public, disini berbanding balik dari koridor historis kehidupan dulu dan kini yang sedang kita anut, karena penghianatan terus dipujah dibalik sosio cultural, sebab idealisme dijadikan untuk menjustifikasi pemuasaan hasrat dan mengobati luka fikologis yang pernah terluka, bukan berada pada perjuangan ideologi, bukan lagi pada kemanusiaan, politik praktis kontemporer jelas keluar dari koridor kemanusiaan, kami merai jabatan politik dengan korban nyawa dan harta kekayaan, tidak ada cara elegant yang menunjukan kepada public untuk membuka wawasan politik, fisikologis sudah terkikis habis, idealisme bukan berada pada pada posisi pelayanan public, justru terbalik dari fundamentalisme biologis.
Paham atau tidak, bagi yang paham tentang situasi dan aktifitas politik praktis kontemporer mereka menganggap anarkis masih terhormat dibanding elit politik yang menawarkan retorika politik tidak berisih substansial, konsekuensi dari itu, melihirkan kebijakan gegabah, tidak berdasarkan realitas sosial, memeca belah keluarga, memupuk fanitik agama, kekuasaan dijadikan untuk menjustisi status quo, harapan membangun kesadaran sosial dan mempuk kearifan lokal berdasarkan geogerafi, demographic dan sosial, hanya sandiwara dipanggung politik karena kita menggati pekerjaan mencari nafka hidup di rana kontentasi politik praktis, berkebun, beternak, berwira usaha adalah hal yang merugikan bagi kita, semua itu adalah transformasi dinamika politik agar sejarah peradaban umat manusia (Kita) bergerak dari teori tradisional ke rasionalisme sesuai perkembangan proses produksi ekonomi, kami hampir mau hilang. Masih adakah tempat untuk kita berpijak untuk menunjukan diri. Semua pada membisu, kami mau mengadu sama siapa, sementara kelompok oligarki dengan paham rasionalisme politik kontemporer masih pegang kendali, ahkirnya kehidupan politik tradisonal dan nilai- nilai humanis sudah diambang kepunahan.
Semoga bermanfaat !!
Salam Generasi Mudah, Salam Perubahan. Cinta Kasih Yesus Menyertai Kita.

Penulis: Yohan Tebai
Pewarta: Petu.


CENDERAWASIH TIMUR

PEMIMPIN ADALAH BAGIAN DARI RAKYAT

Ilustrasi: Wawancarai/Metu:Petu CT. Pemimpin bertugas untuk mengantarkan rakyat dengan selamat mencapai kesejahteraan . Ol...

CENDERAWASIH TIMUR